Resource

Potret Kampungku

Sidowayah, Oh... Sidowayah
Sudah Gizi Buruk, Masih Nikah Siri

Mata dan hati ini terasa tidak percaya, saat Seputar Ponorogo melongok lebih dekat dari wajah cantik Dusun Sidowayah, Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon. Sungguh mengagetkan, ketika keterkejutan kita belum habis dengan banyaknya warga Dusun Sidowayah yang menderita gizi buruk. Masih ditambah lagi dengan penemuan fenomena mengerikan, yaitu besarnya angka pernikahan siri di sana.

Perjalanan menuju Dusun Sidowayah dari pusat Kota Ponorogo, kira-kira jarak tempuhnya 30-an km. Dusun yang indah, namun menyimpan banyak misteri.

Masih dekat diingatan kita, sekitar setahun yang lalu dusun ini menjadi perbincangan besar skala nasional dan internasional. Yaitu, dengan penemuan banyaknya jumlah penduduk yang menderita gangguan gizi buruk, atau -maaf, lebih dikenal dengan sebutan –“kampung idiot”.

Dan berimbas pada deras mengucurnya bantuan-bantuan dari berbagai pihak yang merasa simpatik dan empatik. Baik dari lokal, regional, nasional hingga internasional.

Nikah Siri
Keprihatinan, ternyata belum tuntas dengan hanya menyandang embel-embel sebagai salah satu kampung idiot. Dari pengamatan yang didapat, desa indah tersebut diperparah dengan catatan buruk lagi, yaitu besarnya angka pernikahan siri.

Mungkin di Kabupaten Ponorogo, tercatat sebagai yang terbesar. Jumlahnya mencapai puluhan pasangan dalam satu desa. Tertinggi, di Dusun Sidowayah, selain tersebar di dua dusun lain, yaitu: Wonopuro dan Nopuro. Angka pernikahan siri hampir menembus angka 50-an dari jumlah penduduk Sidoharjo 1600-an.

Tingginya angka pernikahan siri di Dusun Sidowayah, dari dugaan Sekretaris Kecamatan Jambon Mardiyanto, penyebabnya adalah: pertama, lokasi wilayah Dusun Sidowayah, Wonopuro dan Nopuro yang cukup terpencil, “Sehingga masyarakat ketiga dusun merasa enggan untuk mengurus masalah pernikahannya ke Kantor Desa Sidoharjo. Kedua, lantaran yang menikah siri itu kebanyakan warga pendatang dari luar Desa Sidoharjo”, jelasnya.  

Hal senada, diungkapkan oleh Parnu Kepala Desa Sidoharjo, bahwa tingginya angka pernikahan siri itu, selain dikarenakan lokasi wilayah ketiga dusun yang terpencil, juga adalah faktor ekonomi.

Sehingga, banyak warga di ketiga dusun tersebut, bepergian untuk mengadu nasib ke luar Jawa. “Ketika mereka di perantauan rumah tangganya berantakan dan bercerai, mereka enggan mengurus surat cerainya, karena lokasinya jauh di luar Jawa. Dan, saat mereka nikah lagi di kampung halamannya Desa Sidoharjo, lebih memilih menikah secara siri”. Bebernya. 

Masih dari keterangan Parnui, katanya dari data kasar yang dimiliki saat ini, bahwa di ketiga dusun tersebut,  ada sekitar 30 kepala keluarga yang menikah siri, “Jika di rata-rata tiap dusun ada sekitar 10 KK yang menikah Siri, tetapi yang paling banyak benar di Dusun Sidowayah”, tambahnya.

Oleh sebab itu, melihat masih banyaknya warga Desa Sidoharjo yang menikah Siri, Parnu bersama-sama dengan pihak Kecamatan Jambon akan berusaha untuk melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo agar bisa dilaksanakan nikah masal. “Biayanya murah, syukur malah gratis”, harapnya.

Infrastruktur Minim
Seperti dikatakan Mardianto dan Parnu di atas, salah satu alasan maraknya nikah siri adalah ketiga dusun tersebut masuk dalam ketegori daerah terpencil.

Yang jelas, tanpa didukung dengan infrastruktur yang memadai. “Memang terbilang sudah ada perbaikan jalan, namun hal itu dinilai belum merata,” kata Parnu.

Terbilang, akses jalan penghubung di Desa Sidoharjo sulit. Dan diyakini, masih tertinggal jauh dengan desa-desa lain di sekitarnya.

Maka, harap lebih mendalam lagi dari Parnu untuk menanggulangi melonjaknya nikah siri di Desa Sidoharjo, akses jalan yang baik harus diadakan. (Andre Prisna/Maulana Malik)