Resource

Kuliner


Tabloid Seputar Ponorogo Edisi 5 // 31 Januari- 5 Februari 2012


Rica-rica Menthok Sampung
Pedasnya Melambai Lidah

Pertama kali menikamati pedasnya akan terasa menggerayagi seluruh tenggorokan. Namun tidak untuk yang kedua kali, keempat dan seterusnya. Itu mustahil, karena campuran cabai, bumbu merica, serta potongan daging Menthok ini sangat menggugah selera, membuat ketagihan dan setelah makan tinggalan pedas akan membuat badan terasa enteng. Kenikmatan yang demikian akan membuat siapa saja tergoda mencicipinya sebagai menu pedas, namun selalu melambai lidah. 

Sesuap pertama memang membuat mulut terasa panas, namun jangan ditanyakan sertaan nikmatnya untuk sendok kedua dan ketiga. Saran bagi yang tak tahan dengan pedas boleh memandangi saja namun jangan menyalahkan jika mencium aromanya, dan tampilannya membuat liur tak kuat menahan goda. Rica-rica menthok telah menjadi alternatif bagi mereka penikmat pedas.

Pertama di Ponorogo
Masih termasuk dalam jajaran kuliner Ponorogo yang baru. Namun Rica-rica Menthok telah berhasil dikenang sebagai kuliner pedas Ponorogo. Suguhan milik Kecamatan Sampung, tepatnya di Desa Dasun. Dari situlah berawal makanan yang pedasnya terkenal ini digemari masyarakat. “Saya cari yang di Ponorogo belum ada, ya saya pilih rica-rica menthok, kan kalo rica-rica ayam sudah cukup banyak di mana-mana,” ungkap Win salah satu pemilik warung Rica-rica Menthok di kawasan Desa Dasun.

Sudah 6 tahun Win setia mengembangkan usahanya. Masakan yang merupakan hasil olahan kreatif tangannya sendiri ternyata banyak digandrungi para penikmat kuliner. Menurutnya memang bukan sesuatu yang mudah untuk membuat makanan yang menggugah selera orang banyak.  Bahkan, terkadang beberapa orang mengeluh karena masakannya di rumah tak bisa menggugah selera.

Win mengaku selama 6 tahun ini pula dia selalu menggunakan bumbu dapur asli dengan racikan dan cara pengolahan alami. Namun dalam hal ini Win enggan menyebutkan bumbu-bumbu yang harus dipakai. “Ya biasanya seseorang itu akan mempunyai cita rasa sendiri untuk masakannya, agar rasanya tidak sama dengan olahan orang lain. Selain itu agar terjaga untuk tetap digemari.” Tandasnya.

Sebagai Makan Pilihan
Tepat sekali jika pedasnya dinikmati bersama rintik hujan sore, atau angin sepoi semilir. Terasa campuran pedas serta adem menjadi perpaduan menu Rica-rica Menthok. Tak heran jika pengunjung selalu menyempatkan diri menikmatinya. Bukan hanya dari Ponorogo namun juga dari luar kota.

Tak perlu membuka dompet terlalu lebar, cukup menyelipkan 8 ribu rupiah saja sudah mengenyangkan perut dan mengentengkan badan.  Murah meriah harga seporsi serasa tak mampu membeli kenikmatannya. Itu juga bukan jumlah yang sepadan dibanding dengan gurih dan lezatnya. “Pedas dan nikmat. Saya sudah berkali-kali mampir. Rasanya itu berbeda” tandas seorang pelanggan yang sedang menikmati hidangan Win.

Banyak mahasiswa dan orang besar yang mampir, mereka rata-rata dari Surabaya, Solo, Semarang, maupun Jogjakarta. Singgah Ponorogo dan singgah sebentar untuk makan membuktikan keistimewaannya. “Dari luar kota banyak sekali, ada yang mampir, memang sengaja datang, ada yang sangat penasaran, ada juga yang hanya pesan lantas dibawa pulang,” ungkap Win.

Ketika ditanya perihal ramuan yang dipakai agar pembeli senantiasa datang, Win tersenyum. Tidak menggunakan ramuan apa-apa, atau jampi apapun, hanya saja Win selalu menyuguhkan yang paling enak yang dia bisa serta menjaga kenyamanan pelanggan atau pembeli. Kenyamanan berupa keramahan atau sapa aruh, itu menurut Win penting apalagi dia tinggal di Desa. Selain itu adalah kenyamanan tempat, yakni tempat yang bersih dan santai. 

Untuk hal usaha yang demikian Win juga berharap. Agar para pemuda khususnya mampu menciptakan kreatifitasnya. Berupa apa saja, agar menjadi pemuda yang berguna dan mempunyai keahlian. Selain itu Win menyarankan bagi para pemuda yang ingin usaha dalam kuliner untuk mencoba mencari terobosan baru. Seperti halnya Rica-rica Menthok. (maulana malik)






               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar